HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN GIZI, KEMAMPUAN MEMBACA LABEL INFORMASI NILAI GIZI, PENGGUNAAN LABEL INFORMASI NILAI GIZI DAN FREKUENSI KONSUMSI MI INSTAN PADA KONSUMEN JAKARTA DAN SEKITARNYA
Abstract
Peningkatan konsumsi pangan olahan diantaranya mi instan yang mengandung natrium berlebih dapat menjadi salah satu kontributor yang signifikan terhadap penyakit tidak menular. Kebijakan label informasi nilai gizi merupakan upaya untuk menurunkan prevalensi penyakit tidak menular akibat konsumsi gula, garam, dan lemak berlebih. Faktor yang berkontribusi dengan penggunaan label informasi nilai gizi yaitu pengetahuan gizi, kemampuan membaca label. Frekuensi konsumsi mi instan dilihat untuk mengetahui hubungan penggunaan informasi nilai gizi dengan frekuensi konsumsi mi instan per minggu. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan gizi, kemampuan membaca label informasi nilai gizi, dengan penggunaan label informasi nilai gizi pada konsumen di Jakarta dan sekitarnya (Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi). Juga untuk mengetahui hubungan penggunaan label informasi nilai gizi dengan frekuensi konsumsi mi instan. Metode: penelitian kuantitatif dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian dilakukan melalui survei daring menggunakan aplikasi Google Form. Hasil penelitian menunjukkan jumlah responden sebanyak 64 orang terdiri dari 16 orang laki-laki dan 48 orang perempuan. Responden yang mengonsumsi mi instan kurang dari 2 kali per minggu sebanyak 82,8%. Responden yang menggunakan label informasi nilai gizi sebanyak 37,5%. 41,4% responden dengan pengetahuan cukup menggunakan label informasi nilai gizi. 44,0% responden dengan kemampuan baik menggunakan label informasi nilai gizi. 79,2% responden yang menggunakan label informasi nilai gizi mengonsumsi mi instan dengan frekuensi <2 kali per minggu. Dari hasil penelitian disimpulkan pengetahuan gizi, kemampuan membaca label informasi nilai gizi dapat mempengaruhi penggunaan label informasi nilai gizi. Konsumen yang menggunakan label informasi nilai gizi lebih banyak yang mengonsumsi mi instan <2 kali per minggu. Penggunaan label informasi nilai gizi dapat menurunkan konsumsi pangan yang tidak sehat.